Minggu, 19 Juli 2009

postheadericon Alzheimer

Alzheimer atau sebutannya az-zhai-me, merupakan sejenis penyakit penurunan fungsi saraf otak yang kompleks dan progresif. Penyakit Alzheimer bukannya sejenis penyakit menular. Penyakit Alzheimer adalah keadaan di mana daya ingatan seseorang merosot dengan parahnya sehingga pengidapnya tidak mampu mengurus diri sendiri. Penyakit Alzheimer bukannya 'kekanak-kanakan karena usia tua' yang sekadar suatu proses penuaan. Sebaliknya, adalah sejenis masalah kesehatan yang amat menyiksa dan perlu diberikan perhatian.
Alzheimer digolongkan ke dalam salah satu dari jenis nyanyuk (dementia) yang dicirikan dengan melemahnya percakapan, kewarasan, ingatan, pertimbangan, perubahan kepribadian dan tingkah laku yang tidak terkendali. Keadaan ini amat membebani bukan saja kepada pengidapnya, malah anggota keluarga yang menjaga. Penyakit Alzheimer yang menurunkan fungsi memori ini juga menjejaskan fungsi intelektual dan sosial penghidapnya. Biasanya, anggota keluarga hanya datang membawa orang yang sakit berjumpa dokter apabila mereka sudah tidak tahan dengan gejala orang yang sakit.
Hingga kini, sumber sebenarnya penyakit ini tidak diketahui. Tetapi, ia bukanlah disebabkan penuaan. Bagaimanapun, ilmuwan berpendapat, ia dikaitkan dengan pembentukan dan perubahan pada sel-sel saraf yang normal menjadi serat. Resiko untuk mengidap Alzheimer, penyakit yang sinonim dengan orang tua ini, meningkat seiring dengan pertambahan usia. "Bermula pada usia 65 tahun, seseorang mempunyai resiko lima persen mengidap penyakit ini dan resiko ini meningkat dua kali lipat setiap lima tahun," kata Ahli Psikogeriatrik, Kantor Pengobatan Psikologi, Fakultas Pusat Pengobatan Universitas Malaya (PPUM), Dr. Esther Ebeenezer.
Menurut Esther, sekalipun penyakit ini dikaitkan dengan orang tua, namun sejarah membuktikan bahawa pesakit pertama yang dikenal pasti menghidap penyakit ini ialah wanita dalam usia awal 50-an.
Sejarah Alzheimer
Penyakit yang julung kalinya, ditemukan oleh Dr. Alois Alzheimer pada 1907 ini, dinamakan Alzheimer, menurut namanya.
Hasil bedah pengamatan, Alzheimer mendapati otak wanita tersebut bukan saja mengecut, malah dipenuhi dengan gumpalan protein yang luar biasa yang dipanggil plak amiloid dan serat yang berbelit-belit (neuro fibrillary).
Amiloid protein yang membentuk sel-sel plak protein, dipercaya menyebabkan perubahan kimia otak. Musnahnya sel-sel saraf ini menyebabkan penerus syaraf yang berfungsi menyampaikan pesan dari satu neuron ke neuron lain terpengaruh.
Meskipun penyakit ini semula dikesankan hampir satu abad yang lalu, ia tidak seterkenal penyakit yang lainnya seperti sakit jantung, hipertensi, Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) atau sebagainya.
Kemungkinan ini disebabkan oleh penyakit ini tidak dapat dilihat dengan mata kasar seperti penyakit hipertensi yang dapat dilihat melalui pemeriksaan tekanan darah secara berkala.
Penelitian klinis terbaru [1] menunjukkan suplementasi dengan asam lemak omega-3 dapat memperlambat menurunan fungsi kognitif pada penderita alzheimer 
Pengungkapan terhadap Alzheimer
Pengungkapan mengenai penyakit Alzheimer masih rendah dan orang banyak tidak begitu berminat mengetahui tentangnya sampai diperbincangkan secara terbuka yang ditulis sendiri oleh bekas Presiden Amerika Serikat (AS) yang ke-40, Ronald Reagan dalam suratnya yang bertanggal 5 November 1994.
Penyakit Alzheimer sukar dilihat sebab banyak yang beranggapan orang tua yang semula lupa, adalah sesuatu yang lazim karena faktor usia. Sebaliknya kemungkinan itu adalah tanda-tanda awal seseorang itu mengidap penyakit Alzheimer
Tingkat Alzheimer
Lupa meletakkan kunci mobil, mengambil baki uang, tidak tahu membeli barang ke kedai, lupa nomor telepon atau dos obat yang biasa dimakan ialah di antara sebagian gejala ringan.
Apabila orang yang sakit lupa mencampurkan gula dalam minuman, garam dalam masakan atau cara-cara mengaduk air dikategorikan sebagai tingkat sederhana.
Apabila orang yang sakit sudah tidak mampu melakukan perkara asas seperti menguruskan diri sendiri, keliru dengan keadaan sekitar rumah, tidak mengenali rekan-rekan atau anggota keluarga terdekat, ia menandakan orang yang sakit berada di tingkat yang serius
Tanda-tanda lain
Orang yang sakit juga dapat menjadi seorang yang agresif, cepat marah dan kehilangan minat untuk berinteraksi atau hobi yang pernah diminatinya. Diperkirakan bahwa pada sekitar 1950-an kira-kira 2,5 juta penduduk dunia menghidap penyakit ini. Pada tahun 2000, pengidap Alzheimer dijangka mencapai enam milyar orang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan lebih dari satu milyar orang tua yang berusia lebih 60 tahun atau 10 persen penduduk dunia menghidap Alzheimer (2003). Peningkatan ini, ada kaitannya dengan penduduk dunia yang semakin berusia, jangka hidup wanita meningkat hingga 80 tahun dan 75 tahun bagi lelaki. Selain itu, tahap penjagaan kesehatan yang lebih baik, tingkat perkawinan menurun, perceraian bertambah dan mereka yang kawin tetapi tidak banyak anak.
Orang yang sakit yang berada di tahap sederhana dan parah akan menunjukkan tingkah laku yang pelik. Di antaranya, seperti menjerit, terpekik dan mengikut penjaga ke mana saja walaupun ke WC.
Selain itu, orang yang sakit juga mendengar suara atau bisikan halus dan mengadu tampak bayangan menakutkan. Semua ini secara tidak langsung memberi tekanan kepada penjaga sebab mereka terpaksa menjaga orang yang sakit '36 jam' sehari.
Orang yang sakit juga kadangkala akan berjalan ke sana sini tanpa sebab dan corak tidur mereka juga berubah. Orang yang sakit akan lebih banyak tidur pada waktu siang dan berjaga pada waktu malam.
Secara rata-rata, orang yang sakit yang didiagnosis mengidap penyakit ini meninggal dunia akibat radang paru-paru atau pneumonia. Ini karena, dalam tempo tersebut, orang yang sakit hanya terlantar tanpa melakukan sembarang aktivitas.
Apa yang menyedihkan, ialah orang yang sakit sendiri tidak memahami apa yang terjadi pada diri mereka dan memerlukan bantuan orang lain. Berita buruknya mengenai Alzheimer ini, ia belum ada penawarnya. Tetapi, gejalanya masih dapat dikendalikan dengan obat-obatan.
Obat-obatan yang diberi pada tingkat awal, dapat membantu memori pesakit seperti kognitif, aktivitas harian dan tingkah laku.
 Individu yang berisiko
• Mengidap hipertensi apabila mencapai usia 40 tahun ke atas 
• Pengidap kencing manis diabetes 
• Kurang melakukan senam 
• Tingkat kolesterol yang tinggi 
• Faktor keturunan - mempunyai ahli keluarga yang menghidap penyakit ini pada usia lingkungan 50-an.
Kunyit Berpotensi sebagai Obat Alzheimer 
NEW YORK – Makanan mengandung kari disinyalir bisa menyembuhkan penyakit kepikunan alias Alzheimer, demikian temuan terbaru tim medis asal University of California Los Angeles (UCLA). Ini disebabkan oleh sejenis pigmen atau zat warna dalam kari rempah-rempah yang mampu memerangi semacam plak di otak para pasien Alzheimer. 
Ilmuwan menemukan bahwa curcumin alias kunyit, sebuah komponen pembawa warna kuning dalam kari rempah-rempah kunyit. Curcumin inilah yang mampu mengurangi protein beta-amyloid pada otak tikus-tikus percobaan berusia lanjut di laboratorium. Selain pada tikus, tes dilakukan pada protein beta-amyloid yang berasal dari otak manusia namun diletakkan pada tabung percobaan. Hasilnya, komponen curcumin memang bisa memblokir pembentukan serat amyloid. Selama ini beta-myloid dijadikan pertanda para ahli medis sebagai gejala Alzheimer.
Adalah Dr. Gregory M. Cole dari UCLA dan tim medis sari Greater Los Angeles Veterans Affairs Healthcare System yang melakukan temuan ini. ”Pertanyaan terbesar adalah seberapa tinggi dosis yang kami butuhkan untuk memerangi Alzheimer dan apakah zat itu aman bagi pasien usia lanjut,” ungkap Cole kepada Associated Press (AP). Curcumin memang sudah dikenal sebagai obat penyakit tradisional oleh beberapa suku. Bahkan di India dikenal sebagai obat terapi kanker yang potensial.(mer)
Alzheimer
DEFINISI
Penyakit Alzheimer merupakan salah satu bentuk demensia yang paling sering ditemukan di klinik. Demensia adalah gejala kerusakan otak yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir, daya ingat, dan fungsi berbahasa. Hal tersebut membuat pasien demensia kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. 

Nama penyakit Alzheimer berasal dari nama Dr. Alois Alzheimer, dokter berkebangsaan Jerman yang pertama kali menemukan penyakit ini pada tahun 1906. Dr. Alzheimer memperhatikan adanya perubahan jaringan otak pada wanita yang meninggal akibat gangguan mental yang belum pernah ditemui sebelumnya. Pada jaringan otak tersebut ditemukan lapisan atau plaque dan serabut saraf yang tidak normal. 

Penyakit Alzheimer paling sering ditemukan pada orang tua berusia sekitar 65 tahun ke atas. Di negara maju seperti Amerika Serikat saat ini ditemukan lebih dari 4 juta orang usia lanjut penderita penyakit Alzheimer. Angka ini diperkirakan akan meningkat sampai hampir 4 kali di tahun 2050. Hal tersebut berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup pada masyarakat di negara maju, sehingga populasi penduduk lanjut usia juga bertambah. 
PENYEBAB
Otak merupakan organ yang sangat kompleks. Di otak terdapat area-area yang mengurus fungsi tertentu, misalnya bagian depan berkaitan dengan fungsi luhur seperti daya ingat, proses berpikir dsb, otak bagian belakang berkaitan dengan fungsi penglihatan dan sebagainya. 

Dari hasil riset yang dilakukan, diketahui bahwa pada Penyakit Alzheimer terjadi kehilangan sel saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya ingat, kemampuan berpikir serta kemampuan mental lainnya. Keadaan ini diperburuk dengan penurunan zat neurotransmiter, yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain. Kondisi abnormal tersebut menjadi penyebab mengapa pada penyakit Alzheimer fungsi otak untuk berpikir dan mengingat mengalami kemacetan. 
GEJALA
Setiap orang pasti pernah lupa akan suatu hal. Keadaan tersebut normal, bila kita lupa yang hal-hal yang jarang kita lihat. Namun, apabila kita lupa akan nama benda atau orang yang berada di sekitar kita, hal tersebut bukan hal yang normal. 

Berikut ini ada beberapa gejala penyakit Alzheimer yang perlu diwaspadai. Namun bila seseorang mengalami gejala tersebut bukan berarti ia pasti menderita Alzheimer. Untuk menentukan dengan pasti, perlu pemeriksaan oleh dokter secara khusus, misalnya dengan beberapa tes wawancara maupun tertulis Gejala Penyakit Alzheimer yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut: 
1. Mengajukan pertanyaan yang sama pada satu saat berulang-ulang atau mengulangi cerita yang sama, dengan kata-kata yang sama terus-menerus. 
2. Lupa cara untuk melakukan kegiatan rutin. Misalnya lupa cara memasak, cara menelepon dsb. 
3. Gangguan berbahasa. Misalnya mengalami kesulitan untuk menemukan kata yang tepat. Bila gejala tersebut berlanjut maka kemampuan untuk berbicara dan menulis juga terganggu. 
4. Disorientasi. Misalnya lupa saat itu hari apa, bulan apa, saat itu ada di mana atau tidak tahu arah. Hal tersebut menjadi sebab mengapa pasien lansia sering tersesat karena lupa jalan pulang atau bahkan pergi dari rumah karena merasa ia berada di tempat yang asing. 
5. Gangguan berpikir secara abstrak. Misalnya kesulitan untuk menghitung uang. 
6. Gangguan kepribadian. Misalnya menjadi mudah tersinggung, mudah marah dan mudah curiga. Dokter seringkali mendengar keluarga mengeluh bahwa pasien menuduh ada yang mengambil barang miliknya atau bahkan menuduh pasangannya sudah tidak setia lagi kepadanya. 
7. Gangguan untuk membuat keputusan sehingga menjadi tergantung pada pasangannya. 

PENGOBATAN
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit Alzheimer. Obat-obatan yang ada bersifat memperlambat progresivitas penyakit. Karena penyakit Alzheimer bersifat kronis dan semakin lama pasien semakin tergantung pada orang lain, maka sangat diperlukan kesabaran dari keluarga atau orang yang merawatnya. Pengertian dan kesabaran dari orang-orang di sekitarnya membantu memperlambat perkembangan penyakit. Obat-obatan yang saat ini dipergunakan di dunia medis adalah donepezil, rivastagmine dan galantamine. Obat-obatan ini berusaha untuk memperbaiki kadar neurotransmiter otak dan memperbaiki fungsi berpikir dan kontrol perilaku. 

Apa yang bisa dilakukan untuk merawat penderita Alzheimer? 
Berikut ini ada beberapa tips yang bisa diikuti bila ada anggota keluarga yang menderita penyakit Alzheimer: 
1. Buat catatan kecil, untuk membantunya mengingat. Catatan bisa berupa jadwal kegiatan, daftar nomor telepon penting, atau bisa juga cara menelepon. 
2. Ciptakan suasana yang menenangkan. Hindarkan suara gaduh, kerumunan orang atau suasana terburu-buru. 
3. Hindari memaksa pasien untuk mengingat sesuatu atau melakukan hal yang sulit karena akan menyebabkan pasien menjadi cemas dan malah akan memperburuk keadaannya. 
4. Usahakan untuk berkomunikasi lebih sering. Komunikasi bukanlah hanya dengan berbicara namun juga dengan menyentuh tangan atau bahunya untuk membantu pasien memusatkan perhatiannya. 
5. Buatlah ritual pada malam hari. Perilaku pasien penyakit Alzheimer biasanya memburuk pada malam hari. Oleh karena itu buatlah suasana menjelang tidur yang tenang dan nyaman. Kecilkan suara televisi dan hindarkan suara keras. Biarkan lampu tetap menyala untuk mencegah disorientasi. Sebaiknya pasien tidak tidur siang dan batasi konsumsi teh atau kopi. 
6. Buatlah lingkungan yang aman. Sebaiknya kamar pasien berada di lantai dasar untuk menghindari jatuh. Jauhkan benda tajam atau zat-zat yang berbahaya. 
7. Ajaklah pasien berjalan-jalan pada siang hari. Salah satu gejala yang sering didapati pada pasien penyakit Alzheimer adalah mereka sering ?keluyuran? (wandering). Salah satu alasan mereka keluyuran biasanya sepele, mereka lupa jalan ke kamar mandi. Para ahli berpendapat, dengan mengajak pasien berjalan-jalan pada siang hari membantu mengurangi kejadian ini. Untuk mencegah pasien tersesat, bekali pasien dengan peta jalan pulang, nomor telepon dan tanda pengenal. 
PENCEGAHAN
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu : usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi sulih hormon pada wanit Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu : 
1. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun mengkonsumsi alkohol. 
2. Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh. 
3. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih jarang terdengar. Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan. Bukankah kita tidak pernah terlalu tua untuk belajar ? 



Berikut gejala-gejala alzheimer seperti disampaikan dari Healthy Life (november 2006) : 
1. Sering lupa. Misalnya lupa dimana meletakkan kuncu mobil, bahkan bisa lupa dengan orang yang sering bertemu dengannya. 
2. Sering salah meletakkan barang. Misalnya kunci rumah diletakkan dalam kotak obat. 
3. Sulit memahami aktivitas harian yang biasa dilakukan. Misalnya menjadi tidak bisa mengenakan pakaian. 
4. Sulit menemukan kata yang tepat untuk sesuatu yang akan dikatakannya.  
5. Emosi tak stabil. Misalnya mudah marah atau menangis, mulai murung atau diam. 
6. Tidak mau melakukan berbagai aktivitas, termasuk yang dulunya menajdi hobi. Bisa berjam-jam nonton televisi atau tidur jauh lebih lama. 
7. Tidak mengenal tempat dan disorientasi waktu. 
8. Tak dapat mengambil keputusan serta inisiatif.  
  Kelemahan Kognisi Ringan sebagai Awal Pikun Alzheimer pada Lanjut Usia 
Sidiarto Kusumoputro
SEBUAH tantangan bagi masyarakat medis maupun awam untuk mengenali gejala dan ciri kelemahan kognisi ringan, disingkat KKR (mild cognitive impairment/ MCI). Peran lingkungan penyandang seperti istri, suami, anggota keluarga, atau rekan sekerja yang akan berperan sebagai saksi sangat menentukan. Pengamatan ditujukan pada pola pikir, perilaku, serta aktivitas sosial dan pekerjaan para penyandang. Sering kali penyandang tidak menyadari kekurangannya, malahan tidak jarang menyangkal adanya kelemahan yang dialaminya. Pasangan atau anggota keluarga yang mengenali adanya kelemahan itu malah harus bertengkar lebih dahulu kalau mengusulkan untuk berkonsultasi kepada dokter.
Pengamatan dan kejelian para saksi (keluarga atau kerabat) menjadi kunci keberhasilan karena dapat memperkirakan kemungkinan adanya kelemahan kognisi ringan, KKR ini. Awal gejala penyandang KKR adalah kemunduran daya ingat, mudah lupa atau forgetfulness. Karena, umumnya terjadi pada usia menengah dan lanjut disebut sebagai benign senescent forgetfulness, mudah lupa masih jinak.
Yang dikhawatirkan adalah bahwa mudah lupa jinak ini berkembang menjadi ganas yang disebut malignant senescent forgetfulness. Salah satu bentuk adalah kelemahan kognisi ringan, KKR (mild cognitive impairment/MCI) ini.
KKR merupakan fenomena mutakhir dalam hal kemunduran kognisi yang dijabarkan oleh Ronald C Pietersen dalam majalah Arch Neurology terbitan tahun 1999. Prevalensi KKR adalah 15-30 persen dari populasi lanjut usia (Consensus MCI, 2000). Gejala KKR atau MCI ini terutama mudah lupa, forgetful yang konsisten, menjadi lebih parah serta dapat diamati dan dikenali oleh para saksi. Mudah lupa diiringi oleh gangguan perilaku, seperti acuh tak acuh, tidak peduli lingkungan.
Ciri lain adalah keterbatasan aktivitas hidup sehari-hari, meliputi yang kompleks/instrumental (bukan yang dasar) seperti tidak dapat mengatur keuangan, korespondensi, berbelanja, menggunakan telepon, menggunakan transportasi umum, dan sebagainya. Kemunduran pada aktivitas tersebut sangat krusial.
Apabila ciri-ciri tersebut dijumpai, maka sangat mendesak untuk dilakukan evaluasi medis, psikologis, ataupun neuropsikologis. Pada evaluasi tersebut, akan dijumpai nilai abnormal pada wawasan kognitif tertentu.
Namun, ciri-ciri tersebut di atas belum menunjukkan adanya gejala demensia. Ciri demensia atau kepikunan dibutuhkan kelemahan kognisi yang lebih luas dan lebih berat disertai gangguan aktivitas hidup sehari-hari yang dasar, seperti makan, mandi, menyisir, toileting, dan sebagainya.
Data penelitian
Data penelitian menunjukkan bahwa di Amerika Serikat terdapat 4 juta orang dengan demensia Alzheimer dan 2,7 orang dengan gejala KKR ini. KKR ini amat terkait dengan kepikunan Alzheimer karena kajian menunjukkan bahwa KKR akan berlanjut menjadi pikun Alzheimer dengan laju kecepatan 12 persen setahun (usia lanjut normal hanya 1-2 persen). Disebutkan pula bahwa 50 persen penyandang KKR akan berkembang menjadi penyandang Alzheimer dalam kurun waktu 3 tahun dan 80 persen dalam waktu 8 tahun.
Kaitan KKR dan Alzheimer ini memang erat. Malahan penyandang KKR dianggap sebagai penyandang prakepikunan penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer dengan gejala demensinya merupakan penyakit yang amat ditakuti, paling tidak di negara-negara maju yang masyarakatnya mengenal baik apa demensia Alzheimer itu. Sebuah penyakit degeneratif primer yang menyerang otak. Terjadi kematian sel-sel otak dalam jumlah besar, terjadi secara perlahan, menahun tetapi progresif. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan atau dihambat lajunya.
Intervensinya berupa obat dan non-obat perlu diberikan dalam waktu sedini mungkin. Makin dini makin berhasil.
Perlu dicatat bahwa penyandang KKR umumnya tidak semua terkait dengan Alzheimer. Dengan kata lain, tidak semua penyandang KKR akan menjadi demensia atau pikun Alzheimer. Ada sebagian penyandang KKR disebabkan faktor lain, ada sebagian penyandang KKR yang gejalanya menetap bahkan ada sebagian lagi yang dapat berkurang gejalanya.
Itulah sebabnya, prinsip penanganan penyandang KKR amat mutlak! Jangan dibiarkan dan dianggap sebagai hal yang lumrah. Karena, makin cepat dikenali dan ditangani, makin baik hasilnya.
Penanganan berupa farmakologis dengan obat-obatan dan ini sesuai dengan faktor penyebab KKR-nya. Penanganan yang tidak kalah pentingnya adalah penanganan nonfarmakologis (non-obat) yang prinsipnya adalah use it or lose it, artinya bahwa otak harus terus diaktifkan kalau tidak hendak kehilangan fungsinya. Aktivitas berupa stimulasi fisik, kognitif, dan sosial spiritual. Dengan kata lain, penyandang KKR harus tetap aktif baik fisik maupun mental. Kemampuan kognisi harus terus dipacu. Sebenarnya prinsip ini tidak berlaku bagi para penyandang KKR saja, tetapi juga merupakan prinsip penanganan para lanjut usia pada umumnya, baik yang tidak bermasalah maupun yang sudah bermasalah.
Sudah banyak program aktivitas yang ditawarkan kepada masyarakat lanjut usia. Apa pun aktivitas tersebut, yang paling baik adalah sebuah program yang di dalamnya mengandung rekreatif. Secara ilmiah disebut sebagai Therapeutic Recreation atau rekreasi terapeutik.
Sebuah aktivitas tidak hanya yang bernuansa rekreatif, tetapi juga edukatif dan terapeutis yang dapat meningkatkan sumber daya otak (brain power) dan meningkatkan kemampuan kognisi. Dasarnya adalah brain-body connection, yaitu aktivitas yang berkaitan antara otak dan tubuh, dengan kata lain adalah kebugaran fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Konsep rekreasi terapeutik ini sejak tahun 1980-an sudah dikenal di negara-negara maju, dan diperuntukkan bagi warga lanjut usia yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah.
Tahun 2000-an, masalah tersebut makin relevan dengan adanya fenomena KKR dan bentuk-bentuk lain yang perlu sekali ditangani.
Aktivitas
Berbagai aktivitas atau paduan dari aktivitas yang dipergunakan antara lain aktivitas reminisens, aktivitas orientasi nyata, stimulasi sensoris, stimulasi kognitif, aktivitas seni musik, dansa, dan banyak lagi. Setiap program dapat disusun sendiri sesuai kebutuhan, kemampuan, situasi, dan kondisi setempat.
Indonesia sepatutnya sudah melaksanakan program itu karena jumlah penduduk usia lanjut sudah banyak, mencapai 7 persen lebih dari jumlah populasi. Salah satu lembaga yang sudah merancang program tersebut adalah Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI), didirikan 22 Juli 2000, yang merupakan anggota Alzheimer’s Disease Association (ADI), sebuah organisasi Alzheimer dunia.
Agaknya masyarakat yang terkait dengan gerontologi sudah mengantisipasi keadaan tersebut. Dalam dua tahun terakhir ini, sudah banyak seminar dan pelatihan yang diadakan oleh lembaga ilmiah terkait untuk membahas masalah otak yang menua dan permasalahannya secara medis.
Berat Otak Berkurang Seiring Bertambahnya Usia 
KETIKA kita menjadi tua, fungsi semua organ tubuh seperti jantung, paru, ginjal dan mata akan menurun, tidak terkecuali otak. Diperkirakan setiap orang akan kehilangan sekitar 15% dari berat otaknya antara umur 20 tahun sampai 90 tahun. Pengurangan ini dipengaruhi oleh kesehatan umum dan gaya hidup seseorang, selain faktor genetik. Pengurangan sel saraf (neuron) tidak merata di seluruh otak. Lobus frontal dan lobus temporal atas yang berfungsi dalam intelektual, memori dan bahasa mengalami pengurangan sebanyak 50% sel neuronnya. Lokus cerolus dan substansia nigra adalah bagian otak yang berfungsi sebagai tempat pembuat neurotransmiter mengalami pengurangan sebanyak 35% sampai pada usia 90 tahun. Neurotransmiter adalah suatu zat kimia yang berfungsi dalam komunikasi antar sel saraf. Penurunan produksi neurotransmiter ini akan mengakibatkan penurunan daya konsentrasi, memori, gerakan motorik halus dan pola tidur. Itu sebabnya performa intelektual dan motorik halus lansia menurun sesuai dengan pertambahan umur.
Pada tahap awal penyakit alzheimer, memori jangka pendek dan kemampuan menjalankan pekerjaan rutin terganggu karena terjadi kerusakan sel saraf di hipokampus. Bila penyakit Alzheimer menyebar ke kortek serebri kemampuan penilaian / pengambilan keputusan, kecakapan berbahasa ikut terganggu dan kadang-kadang disertai ledakan emosi. Pada tahap lanjut, kematian sel-sel neuron meluas mengakibatkan gangguan perilaku seperti melayap (wandering) dan agitasi. Kemampuan komunikasi dan pengenalan wajah terganggu pada tahap akhir. Pasien membutuhkan perawatan sepenuhnya karena kehilangan kontrol buang air kecil dan buang air besar. Rentang waktu antara diagnosa dan kematian pasien berkisar antara 4-20 tahun dengan rerata 8 tahun. 
**
DALAM penelitian proses penuaan di masyarakat terdapat 3 kelompok subjek, kelompok lansia normal dengan lupa yang wajar karena faktor usia, kelompok demensia (pikun) dan kelompok gangguan kognisi ringan (pra-pikun). 
Lupa wajar karena faktor usia 
Kelompok lansia ini memiliki ciri-ciri:
1. Butuh waktu yang lebih lama untuk menjawab dengan akurat jika kepadanya ditanyakan sesuatu (slow but accurate). 
2. Penurunan memori tidak diiringi gangguan kognisi lain.
Lupa jenis ini biasanya tidak konsisten (kadang lupa kadang tidak). Tidak bersifat progresif (semakin memburuk dari waktu ke waktu), biasanya tetap mandiri dalam kehidupan sehari-hari, efisien pada pekerjaan (keputusan yang tepat dalam pemecahan masalah) dan tetap aktif dalam fungsi sosialnya.
Lupa sebagai gejala dini demensia (pikun)
Demensia adalah kemunduran global fungsi mental yang mencakup memori, bahasa, kemampuan visuospasial (pengenalan ruang dan tempat) dan pengambilan keputusan. Kondisinya demikian berat sehingga menganggu kehidupan sehari-hari, fungsi sosial atau pekerjaannya. 
Demensia sendiri bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan kumpulan dari gejala-gejala yang menyertai berbagai penyakit. Terdapat lebih dari 70 penyakit atau keadaan yang dapat menyebabkan demensia. Penyakit alzheimer dan demensia vaskuler (pascastroke) adalah penyebab demensia tersering.
Hampir semua pasien demensia mengalami gangguan recent memori (memori baru). Memori jenis ini bertahan dalam ingatan kita dari beberapa jam sampai beberapa hari dan penting untuk proses pembelajaran hal-hal baru. Memori jangka panjang yang disebut juga memori autobiografi biasanya tetap utuh sampai fase lanjut demensia.
Gangguan memori pada pasien demensia biasanya konsisten (terus menerus ada) dan cenderung progresif dari waktu ke waktu sehingga mengganggu kemandirian aktivitas sehari-hari, fungsi sosial dan pekerjaan. Pada demensia selain gangguan memori juga terdapat gangguan kognisi lain seperti berbahasa, orientasi (waktu, tempat, person), kemampuan membuat keputusan, berpikiran abstrak, gangguan emosi dan perilaku. 
Lupa sebagai gejala gangguan kognisi ringan (Prapikun)
Gangguan kognisi ringan adalah kelompok lansia yang mengalami gangguan memori seperti demensia alzheimer tahap sangat ringan tetapi tidak terdapat gangguan kognisi lainnya. Kelompok ini mandiri dalam kehidupan sehari-hari dan tidak ada gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan. 
Oleh karena mengalami kemunduran memori jangka pendek (recent memory), dalam pemecahan masalah penyandang penyakit ini sering membuat keputusan berulang-ulang yang sama isinya. 
Kelompok ini harus dipantau secara ketat kemunduran kognisinya karena setiap tahun 12% dari penyandang ini berlanjut menjadi demensia alzheimer. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding orang normal 1-2 persen.
Ciri-ciri Gangguan Kognisi Ringan:
- Gangguan memori yang konsisten, 
- Fungsi memori lebih rendah untuk usia dan pendidikannya
- Penurunan memori lebih cepat dibanding kelompok normal tetapi lebih lambat dibanding pasien Alzheimer ringan 
- Masih mandiri dalam aktivitas sehari-hari.
- Fungsi kognisi umum normal dan tidak terdapat tanda-tanda demensia.***
artikel terkait dengan Alzheimer disini






0 komentar:

Total Tayangan Halaman

Mari Silaturahmi

Follower

My Blog List

Popular Posts

Share